Senin, Juni 30, 2008

15 Adab Agar Tilawah Anda Memberi Bekas

Oleh: Mochamad Bugi

dakwatuna.com - Agar Al-Qur’an memberi bekas ke dalam hati, ada adab-adab yang perlu Anda perhatikan saat membacanya. Berikut ini beberapa adab yang bisa Anda lakukan.

  1. Pilihlah waktu yang terkategori waktu Allah ber-tajalli kepada hamba-hamba-Nya. Di saat itu rahmat-Nya memancar. Bacalah Al-Quran di waktu sepertiga terakhir malam (waktu sahur), di malam hari, di waktu fajar, di waktu pagi, dan di waktu senggang di siang hari.
  2. Pilih tempat yang sesuai. Misalnya, di masjid atau sebuah ruangan di rumah yang dikosongkan dari gangguan dan kegaduhan. Meski begitu, membaca Al-Qur’an saat duduk dengan orang banyak, di kendaraan, atau di pasar, dibolehkan. Hanya saja kondisi seperti itu kurang maksimum untuk memberi bekas di hati Anda.
  3. Pilih cara duduk yang sesuai. Sebab, Anda sedang menerima pesan Allah swt. Jadi, harus tampak ruh ibadahnya. Harus terlihat ketundukan dan kepasrahan di hadapan-Nya. Arahkan wajah Anda ke kiblat. Duduk terbaik seperti saat tasyahud dalam shalat. Jika capek, silakan Anda mengubah posisi duduk. Tapi, dengan posisi yang menunjukkan penghormatan kepada Kalam Allah.
  4. Baca Al-Qur’an dalam keadaan diri Anda suci secara fisik. Harus suci dari jinabah. Bila Anda wanita, harus suci dari haid dan nifas. Berwudhulah. Tapi, Anda boleh membaca atau menghafal Al-Qur’an tanpa wudhu. Sebab, tidak ada nash yang mensyaratkan berwudhu sebagai syarat sah membaca Al-Qur’an. Bahkan, para ulama menfatwakan boleh membaca Al-Qur’an bagi wanita yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an saat ia sedang haid atau nifas dengan alasan darurat.
  5. Sucikan semua indera Anda -lidah, mata, telinga, hati– yang berhubungan dengan tilawah Al-Qur’an dari perbuatan maksiat. Sesungguhnya Al-Qur’an itu seperti hujan. Batu tidak akan menyerap air hujan. Air hujan hanya berinteraksi dengan lahan yang siap menyerap segala keberkahan. Jadi, jangan Anda bungkus lidah, mata, telinga, dan hati dengan lapisan masiat, dosa, dan kemunkaran yang kedap dari limpahan rahmat membaca Al-Qur’an.
  6. Hadirkan niat yang ikhlas hanya kepada Allah swt. Dengan begitu tilawah yang Anda lakukan akan mendapat pahala. Ketahuilah, amal dinilai berdasarkan niat. Sedangkan ilmu, pemahaman, dan tadabbur adalah nikmat dan rahmat yang murni dari Allah. Dan rahmat Allah tidak diberikan kepada orang yang hatinya bercampur aduk dengan niat-niat yang lain.
  7. Berharaplah akan naungan dan lindungan Allah swt. seperti orang yang kapalnya sedang tenggelam dan mencari keselamatan. Dengan perasaan itu Anda akan terbebas dari rasa memiliki daya dan upaya, ilmu, akal, pemahaman, kecerdasan, serta keyakinan secara pasti. Sebab, kesemuanya itu tidak akan berarti tanpa Allah swt. menganugerahkan tadabbur, pemahaman, pengaruh, dan komitmen untuk beramal kepada diri Anda.
  8. Bacalah isti’adzah dan basmalah. “Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (An-Nahl: 98). Basmalah dibaca saat awal membaca surat di awal, kecuali surat At-Taubah. Membaca basmalah juga dianjurkan saat Anda membaca Al-Qur’an di tengah surat dan ketika Anda memutus bacaan karena ada keperluan kemudian meneruskan bacaan Anda. Membaca basamalah adalah tabarruk (mencari berkah) dan tayammun (mencari rahmat) dengan menyebut nama Allah swt.
  9. Kosongkan jiwa Anda dari hal-hal yang menyita perhatian, kebutuhan, dan tuntutan yang harus dipenuhi sebelum membaca Al-Qur’an. Jika tidak, semua itu akan terbayang saat Anda membaca Al-Qur’an. Pintu tadabbur pun tertutup. Jadi, selesaikan dulu urusan Anda jika sedang lapar, haus, pusing, gelisah, kedinginan, atau ingin ke toilet. Setelah itu, baru baca Al-Qur’an dengan haqul tilawah.
  10. Saat membaca, batasi pikiran Anda hanya kepada Al-Qur’an saja. Pusatkan pikiran, buka jendela pengetahuan, dan tadabburi ayat-ayat dengan sepenuh jiwa, perasaan, cita rasa, imajinasi, pemikiran, dan bisikan hati. Dengan begitu, Anda akan merasakan limpahan rahmat dan lezatnya membaca Al-Qur’an.
  11. Hadirkan kekhusyu’an. Menangislah saat membaca ayat-ayat tentang azab. Hadirkan azab itu begitu nyata dalam penglihatan Anda dengan menyadari dosa-dosa dan maksiat yang masih lekat dengan diri Anda. Jika Anda tidak mampu berbuat seperti itu, tangisilah diri Anda yang tidak mampu tersentuh dengan ayat-ayat yang menggambarkan kedahsyatan azab neraka.
  12. Rasakan keagungan Allah swt. Yang Mahabesar yang dengan kemurahannya memancarkan nikmat dan anugerah-Nya kepada Anda. Pengagungan ini akan menumbuhkan rasa takzim Andfa kepada Allah dan Kalam-Nya. Dengan begitu interasi, tadabbur, dan tarbiyah Anda dengan Al-Qur’an akan memberi bekas, makna, hakikat, pelajaran, dan petunjuk yang sangat luar biasa manfaatnya.
  13. Perhatikan ayat-ayat untuk ditadabburi. Pahami maknanya. Resapi hakikat-hakikat yang terkandung di dalamnya. Kaitkan juga dengan berbagai ilmu, pengetahuan, dan pelajaran yang bisa menambah pengayaan Anda tentang ayat-ayat tersebut. Inilah tujuan tilawah. Tilawah tanpa tadabbur, tidak akan melahirkan pemahaman dan memberi bekal apa pun pada Anda. Al-Qur’an hanya sampai di tenggorokan Anda. Tidak sampai ke hati Anda.
  14. Hanyutkan perasaan dan emosi Anda sesuai dengan ayat-ayat yang Anda baca. Bergembiralah saat membaca kabar gembira. Takutlah saat membaca ayat peringatan dan tentang siksaan. Buka hati saat membaca ayat tentang perintah beramal. Koreksi diri saat bertemu tilawah Anda membaca sifar-sifat orang munafik. Resapi ayat-ayat yang berisi doa. Dengan begitu hati Anda hidup dan bergetar sesuai dengan sentuhan setiap ayat. Inilah ciri orang beriman yang sejati dengan imannya (Al-Anfal: 2).
  15. Rasakan bahwa diri Anda sedang diajak berbicara Allah swt. lewat ayat-ayat-Nya. Berhentilah sejenak saat bertemu dengan ayat yang didahului dengan kalimat “Wahai orang-orang yang beriman…, hai manusia….” Rasakan setiap panggilan itu hanya untuk Anda. Dengan begitu lanjutan ayat yang berisi perintah, larangan, teguran, peringatan, atau arahan akan dapat Anda respon dengan baik. Kami dengar dan kami taat. Bukan kami dengarin lalu kami cuekin.

http://www.dakwatuna.com/2008/15-adab-agar-tilawah-anda-memberi-bekas/

Minggu, Juni 29, 2008

Black Forest

Black Forest

Thursday, 17 April 2008



Black forest adalah salah satu dari varian cake yang sudah tidak asing lagi bagi konsumen Indonesia. Black forest, adalah cake coklat yang kemudian ditambahkan berbagai macam hiasan untuk mempercantik penampilannya. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan black forest ini adalah sebagaimana bahan-bahan pembuat cake seperti tepung, pelembut, coklat, margarine. Selain itu hampir semua black forest yang dijual di pasaran ditambahkan rum (salah satu jenis arak/minuman keras) pada resepnya. Ada rum (berbentuk pasta) yang ditambahkan kedalam adonan cake-nya dan kemudian masih di tambahkan rum dengan cara menyemprot pada cake yang sudah jadi sebelum dan setelah diberi toping.Rum adalah salah satu jenis arak yang sudah umum dan "terlanjur" digunakan oleh ibu-ibu Indonesia untuk membuat cake dan kue (sus). Padahal jelas bahwa rum adalah salah satu jenis minuman/arak yang diharamkan dikonsumsi oleh konsumen muslim. Sehingga semua jenis makanan yang mengandung atau ditambahkan rum dalam resepnya menjadi tidak halal bagi konsumen muslim.Oleh karena itu sebaiknya tidak mengkonsumsi black forest yang memakai rum, dengan alasan-alasan diatas.

http://www.halalguide.info/content/view/1096/835/

Kie Kian dan Kehalalannya


Kie Kian dan Kehalalannya


Friday, 18 April 2008
Oleh : Elvina Agustin Rahayu HalalGuide--Kie kian demikian nama produk tersebut. Memang tidak terlalu popular dalam lingkup global, tetapi di beberapa daerah tertentu, produk ini cukup popular. Di daerah Jawa Tengah, di Magelang misalnya dan Jawa Timur. Kie kian adalah produk atau bahan yang ditambahkan sebagai campuran pada mi goreng atau mi rebus serta campuran cap cai seperti laiknya bakso atau pun potongan daging dan udang.
Apa itu kie kian? Kie kian adalah istilah untuk suatu panganan yang berasal dari bahasa Cina. Umumnya digunakan sebagai bahan yang ditambahkan dalam pembuatan bakmi goreng. Bentuknya bulat panjang dengan ukuran yang beragam. Warna kie kian yang dijual di pasaran pun beragam mulai dari putih kekuningan hingga agak kecoklatan. Perbedaan ini pun ditujukan untuk fungsi yang berbeda. Warna putih kekuningan biasanya ditujukan untuk campuran mi goreng , mi rebus dan capcai sedangkan yang berwarna kecoklatan biasanya disajikan sebagai panganan yang langsung dimakan seperti otak-otak goreng.
Bahan baku untuk membuat kie kian biasanya tepung dan udang atau daging sapi serta ditambahkan lemak sebagai pengemulsi dan bahan tambahan lainnya seperti perasa. Dari segi sumber daging yang umum digunakan untuk membuat kie kian memang merupakan sumber yang halal. Namun adanya penambahan lemak sebagai pengemulsi merupakan hal yang perlu dipertanyakan kehalalannya.
Berdasarkan informasi yang pernah kami dapatkan, bahwa sungguhpun kie kian yang dijual adalah kie kian udang atau pun sapi, tetapi tetap saja lemak yang digunakan adalah lemak babi. Dan umumnya produk tersebut di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dijual di toko-toko kecil atau dipasar tradisional tanpa ada keterangan yang jelas pada kemasannya. Namun demikian tidak menutup kemungkinan kie kian pun terbuat dari sumber yang halal.
Saat ini kie kian tidak hanya beredar di pasar-pasar tradisional. Tetapi juga dijumpai di beberapa supermarket. Bahkan ada juga kie kian sintetis, yang meniru fungsi dan bentuknya tetapi dari segi bahan yang dipakai tidak menggunakan bahan seperti formula kie kian pada awalnya. Kie kian sintetik dapat terbuat dari tepung dan telur dan penggunaan lemak ayam sebagai pengganti lemak babi.Kehalalan kie kian Jika kie kian yang dijual menggunakan formula asal muasalnya, maka kie kian tersebut sepantasnya ditinggalkan oleh konsumen Muslim. Walaupun demikian masih ada peluang untuk mendapatkan kie kian yang halal.
Kie kian yang halal adalah kie kian yang terbuat dari sumber atau daging yang halal, kemudian juga sumber lemak yang berfungsi sebagai pengemulsinya pun haruslah bersumber dari hewan halal melalui tatacara yang sesuai syariat Islam. Kie kian sintetis pun perlu ditelusuri lagi bahan-bahan tambahan lain seperti jenis perasa/perisa yang mungkin digunakan sebagai pengganti daging yang digunakan. Selain itu kehalalan lemak yang digunakan. Karenanya jika ingin membeli kie kian, maka belilah produk yang sudah jelas halalnya. Nah jika kita akan membeli mi goreng/rebus atau pun capcai, tanyalah pada pedagangnya apakah mereka juga menggunakan kie kian atau tidak, terutama ketika kita sedang berada di Jawa Tengah atau pun Jawa Timur. karena produk tersebut cukup popular di dua tempat tersebut sebagai campuran mie atau pun capcai. (kit/republika) Penulis adalah salah seorang editor LP POM MUI.

Rabu, Juni 25, 2008

Demo... Demo.. Jangan Mudah Marah Ya Mbak (2)

Hari ini Rabu 25 Juni 2008 demo masih berlanjut di salah satu perusahaan terbesar di Jawa Timur itu, bahkan atmosfir "kemarahan" semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah peserta demo.

Energi kemarahan seakan masih belum habis, mereka terus saja memberikan semangat satu sama lain untuk tetap bergerak dan berteriak lantang agar tuntutan mereka dapat tercapai 25 juta per orang dalam genggaman.. Cara apapun dilakukan agar mereka bisa mendapatkan apa yang diminta meski itu melanggar aturan Allah, tak peduli bahwa mereka juga menzhalimi orang lain dengan menutup jalan, berteriak lantang, memaki maupun menghujat.

Astaghfirullah.. rasanya hati ini sedih banget sepertinya dakwah yang kami lakukan bersama-sama teman-teman di pabrik tersebut gagal.. setiap hari senin, kamis maupun jumat ba'da dhuhur para ustadz dan ustadzah saling bergantian memberikan tauziyahnya kepada seluruh karyawan untuk ittiba' pada Rasulullah, mencontoh Ahklak dari Rasullah dan para sahabat sepertinya lenyap tak membekas.

Adzan tepat waktu selalu terdengar sejuk dan menggetarkan dada ini setiap Dhuhur, Ashar maupun Maghrib di Musholla pabrik itu, para karyawan yang muslim maupun muslimah segera bergegas untuk shalat berjamaah di pabrik tersebut, wajah yang berbinar-binar dan kerinduan untuk bersujud kepada Allah.

Namun selama 3 hari ini rasanya seperti berlawanan 180 derajat.. iman yang selama ini terbina dan terjaga seakan-akan lebur ditelan oleh dahsyatnya marah.

Seakan-akan diantara ribuan peserta demo tersebut tidak ada yang saling nasihat menasihati untuk cooling down dan bersabar untuk melakukan aksinya dengan damai.
  1. Demi masa. (QS. 103:1)
  2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (QS. 103:2)
  3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. 103:3)

Episode kedua ini mari kita lanjutkan pembahasan mengenai Marah.

Dengan menyaksikan akibat dari dahsyatnya Marah apakah kita tidak boleh sama sekali untuk Marah? oh tentu saja tidak.

Ada tiga tipe marah, yakni Marah yang terpuji, Marah yang tercela dan Marah yang diperbolehkan.

  • Marah yang terpuji

Kemarahan ini timbul karena Allah, ketika larangan dan apa-apa yang diharamkan-Nya dilanggar.

  • Marah yang tercela

Termasuk kemarahan yang tercela adalah kemarahan yang muncul karena membela kebathilan dan cara-cara setan.

  • Marah yang diperbolehkan

Marah disini adalah Marah yang disebabkan karena sesuatu yang bukan berupa kemaksiatan kepada Allah.

Tingkatan Manusia dalam Menahan Marah (Ihya Ulumiddin - Al-Ghazali)

At-Tifrith, yaitu orang-orang yang sama sekali tidak memiliki atau lemah rasa marahnya.

Al-Ifrath, yaitu orang-orang yang setiap kali marah tidak mampu menguasai akal sehatnya sehingga tidak mampu keluar dari ranbu-rambu agama.

Al-I'tidal, yaitu orang-orang yang tetap terpuji dalam kemarahannya karena dia selalu menggunakan pertimbangan agama dan akal sehat dalam kemarahannya.

Wallahualam

Selasa, Juni 24, 2008

Demo... Demo.. Jangan Mudah Marah Ya Mbak (1)

Weleh..weleh mulai hari senin tanggal 24 Juni 2008, ribuan pekerja salah satu perusahaan terbesar di Surabaya melakukan aksi demo.Tuntutan mereka adalah meminta uang pesangon 25 juta per orang.
Cuaca yang cukup panas ditambah dengan hati yang panas..akhirnya membuat suasana tak terkendali, caci maki bersahutan, coretan-coretan yang kurang terpuji terpampang di spanduk-spanduk, bahkan yang lebih membuat miris hati ini adalah tindakan tak terpuji dengan manjambak rambut mandor mereka.
duh.. kenapa kok jadi marah-marah begini ya mbak...

Jam 11.31 terdengar panggilan Adzan di Musholla didalam pabrik...Allahuakbar.. Allahuakbar

namun hal ini tak menenangkan mereka.. Shaf pada saat shalat berjamaah tidak bertambah banyak tetap seperti hari-hari biasa 2,5 shaf untuk jamaah wanita.

Hemm..Setan begitu bahagia dan tertawa terbahak-bahak melihat kondisi ini.. Kemarahan akhirnya membuat hati dan pikiran menjadi gelap.

Mari kita bahas tentang Marah yuk.
Sebab-sebab terjadinya Marah
  1. Ujub (rasa bangga terhadap diri sendiri), Ujub merupakan teman dekat dari kesombongan. Sedangkan kesombongan merupakan dosa besar. Rasulullah bersabda "Tidak akan masuk surga seorang yang dalam hatinya tersisa rasa sombong, meski hanya seberat biji sawi" (HR Muslim dari Ibnu Mas'ud)
  2. Perdebatan/Perselisihan, Bencana perdebatan/perselisihan sangatlah banyak. Diantaranya adalah rasa marah. Oleh sebab itu Islam melarang perselisihan (mira'). Rasulullah bersabda "Aku menjamin orang yang meninggalkan perselisihan untuk mendapatkan rumah yang berada dikelilingi benteng di dalam surga, walaupun dia berada dalam posisi benar" (HR Abu Dawud dari Abu Umamah)
  3. Senda Gurau, Anda akan mendapati orang-orang yang sering bersenda gurau terkadang melampaui batasan syar'i, baik dengan perkataan yang tidak berfaedah ataupun melakukan hal-hal yang bisa menyakiti hati orang lain. Rasulullah bersabda "Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian mengambil saudaranya, dengan mnain-main (senda gurau) maupun dengan sengaja" (HR Ahmad)
  4. Ucapan yang tidak sopan atau keji, Rasulullah bersabda "Sesungguhnya Allah membenci orang yang berbicara keji dan tidak sopan (kotor) (HR At-tirmidzi)
  5. Sebab-sebab Lainnya, Imam Al Ghazali berkata "Termasuk motif yang paling kuat yang dapat membangkitkan kemarahan kalangan orang-orang bodoh adalah anggapan mereka bahwa rasa marah merupakan simbol dari keberanian, kejantanan, kemuliaan diri dan tingginya cita-cita"

Wallahualam

Pluralisme Kebebasan dan Paham-Paham Paradoks

Minggu ini EOWI (Ekonomi Orang Waras dan Investasi) menerbitkan sebuah artikel yang menyangkut masalah sosial di samping market review. Tulisan tentang masalah sosial ini merupakan sanggahan dari banyak artikel yang beredar di surat kabar dan blog. Salah satu Blog yang mengetengahkan masalah moralitas dan kebebasan adalah Akal dan Kehendak (http://akaldankehendak.com/). Saya mengirimkan tulisan ini kepada pengelola situs Akal dan Kehendak tersebut untuk diterbitkan di sana.

Situs Akal dan Kehendak termasuk situ yang sering saya kunjungi. Corak dan karateristiknya dipengaruhi ekonomi mazhab Austria dan aliran Libertarian. Walaupun coraknya hampir sama dengan EOWI, tetapi EOWI lebih cenderung memberikan penekanan pada ilmu logika.

Okey....., kita mulai saja.

Kalau kita mengamati sebuah karya seni lukis, bunga misalnya, maka untuk menikmatinya harus dilihat dari jarak yang tidak terlalu dekat sehingga detailnya terabaikan. Kalau terlalu dekat maka tidak menarik karena detailnya nampak jelas tidak ada. Untuk menghargai karya seni ini tidak diperlukan intelektual yang tinggi. Berbeda dengan bunga aslinya, semakin detail semakin menarik. Dari mulai bentuk makronya, kelopak bunga, benang sari, serbuk sari; kemudian detailnya sampai ke tingkat jaringan, sel, mitochondria, chromosom, gen, ribonucleic Acid, DNA, protein, proses metabolisme dan seterusnya; semuanya memerlukan intelektualitas yang tinggi untuk bisa menghargainya. Seorang botanist akan mengalami kesulitan untuk menerangkan bagaimana nutrisi/makanan bisa sampai ke kepala putik pada lukisan bunga, karena si pelukis tidak akan menggambarkan secara details bagian-bagian mikroskopis dari bunga. Itulah perbedaaan antara karya seni dan the real thing.Hal seperti contoh bunga di atas berlaku untuk segala aspek seperti prinsip hidup atau isme. Suatu isme bisa berupa gagasan bisa juga hasil pengamatan yang diformulasikan. Suatu isme yang masih berupa gagasan, bisa terdengar indah, jika tidak ditest, atau tidak diuji secara intelek. Pada tulisan berikut ini kita akan membahas secara cerdas paham-paham yang sedang populer di media massa, yaitu yang berkaitan dengan kebebasan.Berapa banyak orang yang mempunyai kecerdasan untuk menyadari bahwa paham kebebasan adalah paham paradoks? Perkiraan saya, tidak banyak. Paling tidak, opini yang berhasil keluar ke media massa mencerminkan demikian. Pada jaman modern ini, ujung tombak penganut prinsip-prinsip yang bersifat paradoks biasanya mempunyai latar belakang pendidikan ilmu politik, sosial dan seni. Mereka ini adalah ampas yang tidak lolos dari saringan masuk untuk jurusan kedokteran atau teknik. Siswa yang pandai akan masuk ke jurusan kedokteran dan teknik. Dan oxymoron, biasanya masuk ke jurusan ilmu politik, sosial dan seni serta menjadi pendukung paham kebebasan, women liberation, feminist, pluralisme dan sejenisnya yang penuh dengan prinsip-prinsip paradoks.Kata oxymoron saya gunakan dalam artikel ini untuk melengkapi pembahasan mengenai paradoks karena oxymoron adalah paradoks. Oxymoron berasal dari kata Yunani oxy = tajam, cerdas dan moron = tumpul, bebal. Cerdas-bebal, tajam-tumpul, bukan kah itu paradoks. Kata ini menggambarkan orang yang pandai berbicara tetapi bebal. Mungkin lebih tepat kalau disebut pseudooxy-moron. Tampak cerdas tapi bloon. Kita gunakan oxymoron saja yang lebih umum untuk menggantikan kata yang benar – pseudooxy-moron.Saya yakin banyak diantara pembaca bukan terlahir untuk menjadi oxymoron, tetapi karena pendidikan dan lingkungan, maka anda menjadi oxymoron. Kalau anda paham mengenai isi tulisan ini, berarti anda telah meningkatkan intelektual anda dan tidak berhak memperoleh gelar oxymoron lagi. Bahkan bisa menggunakan kalimat: “prinsip anda mengandung paradoks” sebagai ungkapan yang halus sarkastik untuk menghina dan mengatakan bahwa “tingkat intelektual anda sangat rendah”. Selamat menikmati, semoga nantinya anda lebih pandai.

Paradoks Orang Kreta dan Pyrrhonisme

Dengan ilmu logika banyak prinsip yang bisa diidentifikasi sabagai paradoks atau self defeating principles. Paradoks ini banyak ditemui dalam kehidupan kita sehari-hari dipakai oleh orang yang katanya terpelajar. Kita akan bahas hal ini. Tetapi untuk membiasakan diri dengan ilmu logika dan sebelum masuk ke menu utama, saya akan perkenalkan dengan dua paradoks klasik yaitu Paradoks Orang Kreta dan Pyrrhonisme, sebagai menu pembuka.Diceritakan ada seorang Crete (pulau Kreta) bernama Epimenides berkata: “Orang Crete selalu pembohong”. Ucapan ini adalah suatu kontradiksi yang akhirnya membatalkan nilai kebenaran pernyataan itu. Kalau Epimenides benar, maka dia bohong (berkata tidak benar). Oleh sebab itu pernyataannya tidak pernah benar dan tidak pernah mempunyai nilai kebenaran.Ada lagi Pyrrhonisme. Pyrrhonisme adalah aliran skeptis yang beragukan semua hal. “Di dunia ini tidak ada yang pasti”. Tentunya anda pernah mendengar seseorang mengucapkan kalimat ini. Bahkan juga anda sendiri. Untuk membuktikan bahwa pernyataan ini sebuah paradoks, ajukan pertanyaan ini: “Apa kamu yakin?”.Lucu bukan, kalau ada pernyataan: ”Saya yakin bahwa di dunia ini tidak ada yang pasti”. Perhatikan paradoks yang ada pada kata yang ditebalkan. Seseorang yang menjadikan keraguan pada semua hal di dalam hidup ini sebagai prinsip hidupnya, maka ia juga meragukan keraguannya sendiri.Prinsip atau dalil semacam ini disebut paradoks atau self defeating principle. Dan menurut ilmu logika, prinsip seperti ini tidak punya nilai kebenaran. Dan prinsip seperti ini mempunyai konflik internal. Maksudnya, kalau kita menganut prinsip tersebut maka kita juga menganut paham penghapusan prinsip tersebut.Sejak lama banyak artikel-artikel di koran, atau komentar di TV yang menggunakan prinsip yang mengandung paradoks di dalam opini nara sumbernya. Untuk membiasakan penggunaan logika, yang saya percaya bahwa pembaca jarang menggunakannya, kita akan bahas beberapa prinsip seperti ini sebelum menginjak pada topik kebebasan seperti judul artikel ini.

Paradoks “Tidak ada yang tahu kebenaran hakiki, kecuali Tuhan”

Tentu anda sering mendengar ucapan: “Tidak ada yang tahu kebenaran hakiki, kecuali Tuhan”. Ada beberapa varian dari dalil paradoks ini, tetapi intinya sama, misalnya: “Di dunia ini tidak ada yang absolut, semuanya relatif.” Dalil ini sering dimunculkan dalam perdebatan tafsir firman Tuhan. Karena namanya tafsir, opini pribadi, maka satu dengan yang lain bisa berbeda. Pihak yang salah (ngawur tafsirnya) bukannya mencari kebenaran, tetapi mencari dan meminta kompromi dengan melontarkan dalil ini.Prinsip ini masuk dalam kategori paradoks. Kita bisa uji dengan menanyakan: ”Apa benar bahwa hanya Tuhan yang tahu kebenaran yang hakiki?”.Kalau jawabnya “ya” berarti orang tersebut tahu hakiki kebenaran prinsip di atas atau dia adalah Tuhan. Jadi jawab pertanyaan di atas harus “tidak”. Artinya bahwa prinsip itu salah. Dan “bukan hanya Tuhan yang tahu hakiki kebenaran, tetapi juga manusia”.

Paradoks “Agree to disagree”

Prinsip paradoks yang populer akhir-akhir ini: “Agree to disagree”. Prinsip ini juga digunakan pihak yang salah untuk mencari kompromi, bukan mencari kebenaran. Saya sempat mendengar ucapan Adnan Buyung Nasution di Metro TV beberapa waktu dalam rangka wawancara membela Ahmadiyah dua tahun lalu. Pewawancaranya, penyiar TV cantik Sandrina Malakiano. Pada akhir acara, bang Buyung menganjurkan (kepada kelompok yang berseberangan dengan Ahmadiyah) untuk “agree to disagree”. Dan Sandrina mendukungnya.Prinsip ini juga sifatnya paradoks. Kalau waktu itu mbak Sandrina menanyakan pada bang Buyung: ”Anda dan Ahmadiyah seharusnya agree dong dengan disagreement MUI, FPI dan kelompok yang berseberangan dengan Ahmadiyah lainnya. Jangan mereka yang harus mengikuti anda dan Ahmadiyah”; kalau bang Buyung dan Ahmadiyah mengikuti “agree to MUI disagreement” maka MUI dan kelompok yang berseberangan dengan Ahmadiyah tidak perlu bergeming dari posisi mereka. Bingung ya? Problemnya Ahmadiyah dan bang Buyung tidak mau agree dengan disagreement dari MUI dan FPI.

Paradoks “Dilarang melarang” – berilah orang lain kebebasan

Dalil “jangan melarang” sering digunakan untuk membuka jalan untuk perbuatan yang tidak disukai oleh kelompok yang berseberangan. Dalihnya adalah kebebasan, liberalisme. Pada dasarnya prinsip ini juga paradoks. Kata JANGAN dan TIDAK BOLEH adalah kata melarang. Jadi kalau anda tanyakan:”Apakah anda tadi melarang?”. Atau: “Lho kok anda melarang saya untuk melarang”. Nah dia akan bingung. “Jangan melarang” adalah larangan juga. Bingung ‘kan? Memang self defeating principles membuat penggunanya bingung seperti orang tersesat.

Paradoks Pluralisme

Paradoks Pluralisme mengatakan bahwa “Semua agama/aliran pada hakekatnya sama”. Ini prinsip yang sering ditonjolkan JIL (Jemaah Islam Liberal), AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan) bersama penganut pluralisme lainnya. Ada satu hal yang mereka lupa, yaitu: aliran yang memusuhi dan mau membasmi mereka, seperti FPI (Front Pembela Islam) juga seharusnya diperlakukan sama dan merupakan bagian masyarakat pluralis.Aliran pluralisme sebenarnya menghendaki tatanan masyarakat yang tidak plural. Saya akan tunjukkan dengan pertanyaan ini. Mana bisa disebut (lebih) plural, lebih banyak keaneka-ragamnya?:1. masyarakat yang hanya mengakomodasi aliran pluralisme.2. masyarakat yang mengakomodasi aliral pluralisme, aliran pembasmi pluralisme, aliran membenci pluralisme, aliran yang bertentangan dengan pluralisme.Kalau anda cukup waras, maka jawabannya adalah masyarakat yang terakhir. Apakah yang mengaku aliran pluralisme sesungguhnya menganut paham ini? Kalau benar maka mereka akan hancur karena mereka mengakomodasi lawannya yang boleh jadi termasuk yang brutal dan kejam. Oleh sebab itu paham pluralisme disebut paham paradoks.

Paradoks Kebebasan

Setelah pembaca terbiasa dengan sebagian ilmu logika, terutama paradoks, kita akan masuk ke menu utamanya. Sengaja saya sajikan menu pembuka karena perdebatan dengan logika biasanya pendek saja. Satu-dua kalimat cukup. Itu yang disebut perdebatan yang elegant, yang tidak perlu argumen berlembar-lembar untuk membuat orang mengerti.Adakah kebebasan itu? Suatu pertanyaan valid bagi mereka yang mencari prinsip kebebasan. Secara logika, jawabnya ialah: “Tidak ada”. Kebebasan itu adalah gagasan yang pada hakikinya tidak ada. Buktinya:Mari kita berasumsi bahwa perinsip berikut ini bisa dijadikan sebagai prinsip dalam kehidupan: “Manusia mempunyai kebebasan untuk berbuat menurut kehendaknya”.Konsekwensi logisnya ialah: “Siapa saja bebas menghapuskan prinsip kebebasan tersebut”.Lihat, hanya perlu 1 kalimat untuk membuktikan point utamanya bahwa kebebasan tidak ada dan paham kebebasan adalah paradoks. Sangat elegan. Habis sudah pembicaraan kita.Untuk memperpanjang cerita ini, saya mau mengakomodasi hal-hal sampingan yang non-issue, supaya pembaca tidak kecewa. Yang non-issue adalah saya harus menyediakan isme alternatif. Secara alamiah, pilihan itu sudah ada, yaitu paham keterbatasan, “siapa saja di dalam masyarakat harus dibatasi prilakunya”. Apakah ruang geraknya cukup luas atau sempit, itu urusan lain.Pertanyaan berikutnya ialah: siapa yang berhak menentukan batas-batas, apa yang boleh dan yang tidak boleh? Pemerintah? Saya? Anda?Kalau orang Betawi akan menjawab: “Emang lu siapa? Sok tahu dan sok ngatur-ngatur”. Intinya bahwa secara alamiah manusia enggan tunduk kepada entity yang derajadnya sama; sama-sama manusia. Pemerintah tidak lebih pandai dan lebih tahu dari kita, karena elemen mereka juga sama seperti kita, yaitu manusia. Alam mengarahkan kita hanya ke satu pilihan, yaitu kepada sang Pemaksa. Prima kausa (sang Pencipta, the ultimate creator), juga sang Pemaksa mempunyai aturan untuk membatasi ruang gerak manusia. Setiap perbuatan, ada akibatnya. Ada hukuman bagi yang melanggar dan ada imbalan bagi yang tetap pada koridor moral dan prilaku yang ditetapkan oleh alam (baca: Tuhan). Ini adalah premis, asumsi dasar, yang mau-tidak mau harus digunakan oleh manusia dan masyarakat.Pelanggaran atau invasi, agresi, bisa dari individu ke individu lain, individu ke masyarakat, masyarakat ke individu. Jenisnya bisa agresi/invasi fisik dan agresi/invasi non fisik. Kelompok Ahmadiah telah melakukan agresi non-fisik kepada kelompok Islam tradisionil dengan mengaku bagian dari Islam dan mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Jadi jangan salahkan kalau ada kelompok Islam tradisionil membalasnya secara fisik. Dewi Persik menggunakan baju dengan dada tersembul menantang (agresi non fisik) di tempat publik, jangan salahkan kalau ada yang terangsang dan mencoleknya.Porno-aksi bukan freedom of expression yang tanpa konsekwensi. Mungkin kata yang lebih tepat adalah: freedom of expression sesungguhnya tidak bebas menerima konsekwensinya. Saya pernah melihat seekor kuda betina yang sedang birahi. Tidak jauh dari situ ada kuda jantan yang di kandangkan. Kuda jantan tersebut mengamuk, menendang-nendang kandangnya, sampai dia dilepaskan. Ketika dilepaskan dia langsung nyosor ke betina yang sedang birahi itu. Tahukah anda bagaimana melewati anjing penjaga jantan yang galak sekali? Dengan kain yang dibasahi oleh kencing anjing betina yang sedang birahi. Lemparkan saja kain itu. Anjing jantan itu akan sibuk dengan kain basah itu sementara anda bisa melewatinya dengan aman. Inti cerita; seksualitas adalah hal yang secara naluri sulit dikontrol ketika rangsangan sudah timbul. Bagi manusia, rangsangan itu bukan bermula dari bau saja tetapi jaga pandangan (juga pendengaran) dan khayalannya. Haruskah kita salahkan orang yang melakukan agresi fisik (dengan mencolek) Dewi Persik karena terangsang oleh cara berpakaian Dewi Persik? Mana yang sebab dan mana yang konsekwensi?Kebebasan berbicara, freedom of speech, termasuk mempromosikan kebohongan. Orang yang tidak bersalah bisa dihukum mati karena kesaksian palsu. Banyak orang yang mati karena kebohongan George Bush dan Tony B-lair mengenai senjata pemusnah massanya Saddam Hussein. Bagaimana speech yang berisi kebencian dan agitasi untuk menghancurkan penganut aliran freedon of speech itu sendiri. Self defeating principle bukan? Itukah jalan yang benar?Banyak slogan kebebasan-kebebasan lainnya, kebebasan beragama, kebebasan berusaha, kebebasan berbicara dan lain lain. Manusia tidak mungkin bebas bertindak. Secara fisik manusia tidak bisa melompat sampai ke bulan, bukan? Andaikata yang dimaksud adalah kebebasan sebatas (hmm... paradoks) kemampuan fisiknyapun tidak bisa lepas dari konsekwensinya. Itulah alam. Jangan lupa, karya seni tidak seindah barang aslinya – the real thing. Para oxymoron tidak akan bisa memperdayakan anda jika anda cukup jeli waras dan berakal.

Jakarta, 13 Juni 2008
Posted by Imam Semar at 11:15 PM

http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/2008/06/pluralisme-kebebasan-dan-paham-paham.html